Thursday, August 25, 2011

Kesucian hati

Kesucian hati memberikan kita kekuatan untuk sanggup menerima pasangan apa adanya, bersedia memaafkan kemudian menguatkan agar pasangan kita tidak terjerumus pada kesalahan yang sama. ada seorang Ibu menderita depresi dan insomnia. Suaminya telah mengaku memiliki perempuan idaman lain. Sebagai seorang istri menyadari semakin dalam cintanya pada suami maka semakin perih luka dihatinya, namun luka itu juga mengajarkan kesabaran karena cinta yang hakiki bukan dilewati dengan pujian, cinta yang hakiki justru diuji dengan berbagai peristiwa yang menyakitkan yang membuat hatinya terluka. Allah membentuk dan melatih melalui luka itu, bukan pada seberapa besar luka itu tetapi seberapa besar cinta yang dimiliki untuk menjalani kehidupan ini.

Kedatangan beliau bershodaqoh untuk Rumah Amalia agar Allah berkenan membukakan pintu hati suami kembali kepada keluarga. Seminggu kemudian Seminggu kemudian mendengar kabar mengejutkan, suaminya mengatakan bahwa dirinya telah meninggalkan perempuan itu dan meminta maaf atas semua perbuatannya. "Saya sudah menerima dan saya lebih mencintai suami saya sebagaimana Allah mencintai kami, meski pahit saya yakin Allah memberikan yang terindah dalam keluarga kami." tuturnya. Beliau bukan hanya keluar dari depresi dan insomnia tetapi juga belajar mensyukuri derita yang dialaminya. Kesucian hatinya telah mampu menjadikan kepahitan semanis madu. Kesabarannya telah mampu meluluhkan hati suaminya. Bahkan beliau lebih mencintai suami lebih dari sebelumnya.

'Dan sesungguhnya Kami berikan cobaan kepadamu dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila tertimpa musibah, mereka mengucapkan 'Kami berasal dari Allah dan akan kembali kepadaNya.' (QS. al-Baraqah :155-156).


Wassalam,

M. Agus Syafii
Read more

Wednesday, August 24, 2011

Hidup Dalam Permainan Bola

Surabaya, 18 April 2010

liat permainan bola mirip dg kehidupan...
butuh rekan utk main,
kadang di oper,
kadang di tendang,
kadang harus terjatuh,
kadang harus cedera,
kadang kalah-menang,...

Smw dasar dari nulari....
kadang marah,
kadang memaki,
kadang menangis,
kadang tertawa...

teoripun sama....
kadang gunakan kaki dalam,
kadang gunakan kaki luar,
kadang gunakan lutut,
kadang gunakan tubuh,
kadang gunakan kepala....

yang menang pun jangan merasa bangga
yang sedih pun jangan terus-terusan sedih...

bola jga bundar.
ada garis pembatas.
ada tiang gawang.
dan ada jala didalam gawang.
benderapun pasti ikut melambai di sudut corner...

memang dunia ini permainan...
pecaya dan yakin adalah inti dari semuanya.
pengalaman yg akan menentukan


salam
kreatifitas tanpa batas

Rizky Rediandika
Read more

Belajar dari kehidupan

Kehilangan merupakan hal yang biasa terjadi dalam setiap manusia. Kejadian2 bodoh yang sering dilakukan juga sering terjadi. ini ceritaku sendiri. ada 2 org wanita yang pernah ada dalam hatiku. sekarang 2 orang itu mgkn sudah tidak ada lagi disampingku.

Wanita 1

tahun 2005 merupakan hal yang sangat membuat saya sendiri merasa heran, pernah saya suka dengan wanita berinisial S. Karena tindakan yang sangat bodoh saya melakukan hal yang membuatnya kecewa yaitu selingkuh. Upsss... Bukan maksud ingin selingkuh, tetapi setelah jadian 1,5th itu hubungan kita baik2 saja. seperti biasa setiap hubungan pasti ada marah-marahan. tetapi lama-lama jenuh juga dengan marah-marahan ini. pada saat itu saya mencoba mencari hal baru pada saat break. saya mencoba dekati wanita lain. eh.. g disangka saya melakukan hal bodoh, bisa-bisanya saya selingkuh. jarak 3bln selingkuh akhirnya saya sadar yang saya lakukan ternyata salah. akhirnya org berinisial S dan wanita selingkuhan itu saya tinggalkan. tetapi saya sampai sekarang masih teringat akan hal bodoh itu. Belajar dari situ saya mencoba untuk lebih setia apabila saya menemukan penggantinya.

Wanita 2

tahun 2010, Sekian lama saya mencoba bergonta-ganti wanita utk menemukan yang pas, lalu saya menemukan sosok wanita yang sangat saya idam2kan pada jaman SMP. sudah lama ingin menjadi seseorang yang ada dihatinya. setelah itu secara tiba-tiba kita jadian. setiap hari kita selalu bersama, setelah sekian lama, banyak sekali persiapan-persiapan yang kita lakukan yaitu memilih gedung, tema kebaya, dll. tetapi ditengah-tengah jalan secara tiba-tiba hubungan kita kandas. Entah knp hubungan ini kandas dengan sendirinya. Saya mempunyai argument bahwa semuanya itu akibat dari terlalu sayangnya saya terhadap wanita itu sehingga saya takut sekali kehilangan dia. Bahkan saya sering marah2 apabila Dia tidak sesuai dengan apa yang saya mau. Dari situ saya belajar tentang tidak ada yang kekal, semua pasti akan hilang.

Allah mungkin punya cerita kelanjutan dari kisah ini, semoga Allah selalu ada di dekatku untuk meberikan yang terbaik untuk semuanya.

Rizky Rediandika
Read more

Monday, August 15, 2011

kisah si pensil dan penghapus.

Pensil : "maafkan aku penghapus"

Penghapus : "maafkan utk apa pensil?, kmu tidak melakukan kesalahan apapun kepadaku..."

Pensil : "Aku minta maaf karena aku telah membuatmu terluka. Setiap kali ak melakukan kesalahan, kamu selalu berada disana untuk menghapusnya. Namun setiap kali kamu membuat kesalahanku lenyap, kmu menghilangkan sebagian dari dirimi. kamu akan menjadi semakin kecil dan kecil setiap saat."

Penghapus : "Hal itu memang benar.. Namun aku sama sekali tidak merasa keberatan. Kau lihat, akumemang tercipta untuk selalu membantumu setiap saat kau melakukan kesalahan. Walaupun suatu hari, aku tahu bahwa aku akan pergi dan kau akan mengganti diriku dengan yang baru. Aku sungguh bahagia dengan peranku. Jadi tolonglaj, kau tak perlu khawatir. Aku tidak suka melihat dirimu bersedih."


Si Penghapus adalah orang tua kita.
Si Pensil adalah diri kita sendiri.
orang tua akan selalu ada untuk anak-anaknya. Terkadang seiring berjalannya waktu. Orang tua akan terluka dan akan menjadi semakin kecil (Bertambah tua dan akhirnya meninggal). Walaupun anak-anak mereka pada akhirnya menemukan seseorang yang baru (Suami atau Istri).

Namun orang tua akan tetap selalu bahagia atas apa yang mereka lakukan terhadap anak-anaknya dan akan selalu merasa tidak suka bila melihat buah hati mereka tercinta mereka merasa khawatir ataupun sedih. Hingga saat ini, saya masih menjadi Si Pensil. Hal itu sangat menyedihkan diri saya. Melihat si penghapus atau orang tua saya semakin bertambah "kecil" dan "kecil" seiring berjalannya waktu. Kelak suatu hari yang tertinggal hanyalah "serutan" si Penghapus : Segala kenangan yang pernah saya lalui dan miliki bersama mereka.
Read more

Saturday, August 13, 2011

Indahnya Merawat Cinta

Mencintai berarti kepedulian (caring), sedia berbagi & menyatakan diri tanpa rasa takut & tanpa berpura-pura. Mempunyai kerelaan memelihara & merawat pasangan hidupnya juga sang buah hati. Merawat cinta dan kasih sayang di dalam keluarga bukan memproteksi atau posesive tetapi memberikan rasa aman yang paling mendasar. Mencintai berarti kemampuan untuk berkomunikasi secara verbal & non verbal dg leluasa karena saling mempercayai serta komitmen terhadap pasangan. Hal itu juga yang terjadi pada seorang Ibu yang merawat cinta dan kasih sayang keluarganya. Badai itu datang waktu perusahaan suaminya bekerja gulung tikar akhirnya suaminya mengajukan pensiun dini karena masih muda dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan sesuai bidangnya. Setiap kali mendapatkan pekerjaan, selalu saja berhenti dan berpindah ke perusahaan lain karena dengan alasan kurang nyaman. Sebagai istri, dirinya selalu mengingatkan agar "istiqomah" dalam mencari nafkah, tidak mudah pindah-pindah ke perusahaan lain. Sifatnya yang mudah tersinggung ternyata ikut mempengaruhi kinerjanya. Kalau ada sesuatu yang tidak ia sukai , baru beberapa bulan bekerja, suaminya lantas mengundurkan diri. Sifat keras dan mudah tersinggung itulah yang selalu saja memicu pertengkaran.

Perjalanan kehidupan bahtera rumah tangganya selalu saja dipenuhi dengan pertengkaran demi pertengkaran, namun tak selama kondisi pertahanan batinnya kokoh untuk bisa menerima perlakuan suaminya. Seringkali dibentak membuat tubuh dan batin gemetar. Selama lebih dua belas tahun pernikahannya beberapa kali sempat melontarkan kata meminta cerai. Bahkan ketika orang tua tahu akan hal itu, sempat memperingatkan padanya agar untuk memikirkan dengan matang. Suaminya tidak pernah menanggapi ucapannya. Sampai kemudian terjadi pertengkaran hebat. Ditengah masing-masing ego menguat, suaminya memutuskan untuk menerima keputusan dirinya untuk berpisah, membuat air matanya mengalir. Isak Tangis tak mampu ditahannya. Anaknya semata wayang berlari, memeluknya. Menangis dipangkuan ibunya. Matanya seolah mengatakan, "Jangan tinggalkan ayah, Mah."

Di Rumah Amalia Ia duduk terdiam beberapa saat lama, dalam kesedirian merenungkan apa yang sebenarnya terjadi. Hari itu beliau berkenan bershodaqoh untuk Rumah Amalia dengan harapan agar Allah berkenan memberikan kekuatan dan kesabaran untuk bisa memaafkan serta keluarganya bisa utuh kembali. Begitu pulang sampai di Rumah, suami dan putrinya sudah menunggu. Sang suami memeluk dirinya dan meminta maaf atas perlakuannya selama ini. Sementara anaknya memegang tangannya. Keajaiban itu terjadi. Doa dan harapannya terkabul, keluarganya utuh kembali, begitu terasa indah dan membahagiakan. Suaminya menunjukan perubahan ke arah yang lebih baik, bisa mengendalikan emosinya dan semakin mendekatkan diri kepada Allah. Sebagai seorang istri, dirinya telah menemukan makna cinta dengan memaafkan, seperti sekuntum bunga yang menebarkan keharumannya kepada orang yang telah melukai hatinya untuk menggapai cinta yang hakiki yaitu cintanya kepada Allah.

"Seorang suami apabila memandang istrinya dg kasih sayang & istripun memandang dg kasih sayang maka Allah memandang keduanya dg pandangan kasih sayang. Bila suami memegang telapak tangan istrinya maka dosa-dosa keduanya berguguran dari celah jari-jari tangan keduanya" (HR. Rafi'i).


Wassalam,

M. Agus Syafii
Read more

Membayangkan Pasangan Yang Sempurna

Allah telah memberikan modal dasar agar kita dapat membangun keluarga kita menjadi keluarga sakinah, yaitu ditiupkannya rasa kasih dan sayang. Selanjutnya kita sendirilah yang memupuk dan merawat kasih dan sayang itu agar tidak menciderai perjalanan dalam membina rumah tangga. Salah satu yang dapat membuat kasih sayang suami istri menjadi terkoyak adalah 'bayangan kesempurnaan pada pasangan.' Ada ungkapan 'dimana tak ada cinta yang mendalam, takkan ada kekecewaan yang mendalam.' Begitulah masa sebelum ijab kabul dilangsungkan atau saat awal pernikahan, ketika cinta hadir memenuhi ruang hati, suami atau istri memandang pasangan hidupnya begitu teramat sempurna, tanpa noda & cela karena kita tenggelam dalam bayangan indah bukan apa yang sebenarnya kita lihat sebuah kenyataan yang ada didepan mata kita.

Seiring waktu noda dan cela nampak terlihat, api cinta mulai meredup, masing2 pasangan tak menyadari kondisi yang tengah dialaminya. Kesempurnaan pasangan tetap menjadi fokus keinginan. Tenggelam dalam bayangan indah. Terbuai dalam impian. Padahal diawal pernikahanpun pasangan kita memang tidaklah sempurna, karena memang tidak ada manusia yang sempurna. Dalam pengertian, pasangan kita bukanlah sosok yang bisa memenuhi semua apa yang kita inginkan. Jadi, akar permasalahannya adalah bukan penurunan kualitas kesempurnaan pasangan kita tetapi rasa cinta yang tidak lagi menggebu seperti dulu. Karena itulah, berharap pasangan yang sempurna hanya akan membuat kasih sayang yang sudah terjalin menjadi terkoyak. Ketika kita menuntut pasangan hidup kita untuk sempurna maka nampak adalah berbagai ketidaksempurnaan ada didepan mata kita.

Ada nasehat yang baik dari Imam Syafii bila kita berharap pasangan yang sempurna, 'Jika kita membayangkan pasangan yang sempurna tetapi kita menikah dengan pasangan yang tidak sempurna dan kita berharap kesempurnaan, maka pilihannya hanya ada dua. Pertama, hapuskan saja bayangan kesempurnaan itu dan terimalah pasangan kita sebagaimana adanya atau campakkanlah pasangan anda dan terimalah bayangan kesempurnaan itu sebagai pasangan hidup anda.'

'Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir' (QS. Ruum :21).


Wassalam,

M. Agus Syafii
Read more

Wednesday, August 10, 2011

Telaga Hati

Suatu hari seorang tua bijak didatangi seorang pemuda yang sedang dirundung masalah Tanpa membuang waktu pemuda itu langsung menceritakan semua masalahnya.
...
Pak tua bijak hanya mendengarkan dgn seksama, lalu Ia mengambil segenggam serbuk pahit dan meminta anak muda itu untuk mengambil segelas air.

Ditaburkannya serbuk pahit itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan,

"Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya ", ujar pak tua

"Pahit, pahit sekali ", jawab pemuda itu sambil meludah ke samping

Pak tua itu tersenyum, lalu mengajak tamunya ini untuk berjalan ke tepi telaga belakang rumahnya.

Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampai ke tepi telaga yg tenang itu.

Sesampai disana, Pak tua itu kembali menaburkan serbuk pahit ke telaga itu, dan dengan sepotong kayu ia mengaduknya.

"Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah." Saat si pemuda mereguk air itu, Pak tua kembali bertanya lagi kepadanya,

"Bagaimana rasanya ?"

"Segar", sahut si pemuda.

"Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu ?" tanya pak tua

"Tidak, " sahut pemuda itu

Pak tua tertawa terbahak-bahak sambil berkata:

"Anak muda, dengarkan baik-baik. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnyapun sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yg kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkannya.

Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu yg kamu dapat lakukan;

Lapangkanlah dadamu menerima semuanya itu, luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu".

Pak tua itu lalu kembali menasehatkan:

"Hatimu adalah wadah itu; Perasaanmu adalah tempat itu; Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya.

Jadi jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksana telaga yg mampu menampung setiap kepahitan itu, dan merubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian.

Karena Hidup adalah sebuah pilihan, mampukah kita jalani kehidupan dengan baik sampai ajal kita menjelang?

Belajar bersabar menerima kenyataan adalah yang terbaik"

by Rahasia Ketajaman Mata Hati
Read more

Saturday, August 6, 2011

Cintai Aku Apa Adanya

Suami saya adalah seorang insinyur. Saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul dihati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.

Dua tahun dalam masa pernikahan,saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.

Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.

"Mengapa?", dia bertanya dengan terkejut. "Aku lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan". Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya? Dan akhirnya dia bertanya, "Apa yang dapat ku lakukan untuk merubah pikiranmu?".

Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, "Aku punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati ku, aku akan merubah pikiran ku: Seandainya, aku menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati.

Apakah kamu akan melakukannya untuk ku?" Dia termenung dan akhirnya berkata, "aku akan memberikan jawabannya besok.". Hati saya langsung gundah mendengar responnya.

Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-oretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan ...

"Sayang, aku tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan aku untuk menjelaskan alasannya." Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.

" Sayang ketika kamu mengetik di komputer lalu program-program di PC-nya kacau dan akhirnya kau menangis di depan monitor, aku harus memberikan jari-jari ku supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya dan kamu bisa menyelesaikan pekerjaanmu.

Sayang, kamu juga selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki ku supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang.

Sayang, kamu suka jalan-jalan ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata ku untuk menunjukkan jalan kepadamu.

Sayang, kamu selalu sakit dan pegal-pegal pada waktu "teman baikmu" datang setiap bulannya, dan saku harus memberikan tangan ku untuk memijat kakimu yang pegal.

Cinta, ketika kamu sedang diam di rumah, dan aku selalu kuatir kamu akan menjadi "aneh". Maka aku harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang saya alami.

Cinta, kamu terlalu sering menatap layar kaca TV dan Komputermu serta membaca buku sambil tiduran dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, maka aku harus menjaga mata ku agar ketika kita tua nanti, aku masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu. Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu.

"Tetapi sayangku, aku tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, aku tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku. Sayangku, aku tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari aku mencintaimu. Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu. Aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu."

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya.

"Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban ku. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, aku sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu. Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagia ku bila kau bahagia."

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku.

Aku peluk dia penuh kebahagiaan, oh, kini aku tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai aku lebih dari dia mencintaiku.

Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, padahal tanpa kita sadari Cinta itu telah terwujud dalam bentuk yang lain walau tidak sesuai dengan wujud yang kita harapkan

Seringkali kali kita menuntut cinta kepada pasangan kita, namun jarang terfikir oleh kita sejauh mana cinta yang telah kita berikan padanya. Berikan cinta kasih yang tulus kepadanya, kalaupun dia belum membalasnya yakinlah Allah pasti akan membalas dan membisikkan CintaNYA kepadanya untuk diberikan kepada kita.

Di bawah naungan ajaran Islam, kedua pasangan suami istri menjalani hidup mereka dalam kesenyawaan dan kesatuan dalam segala hal; kesatuan perasaan, kesatuan hati dan dorongan, kesatuan cita-cita dan tujuan akhir hidup dan lain-lain.
Read more

Internet Lewat Lampu Bisa Capai 800 Mbps

Jakarta - Ilmuwan terus melakukan penelitian untuk mengembangkan konektivitas internet. Media yang digunakan termasuk kabel, baik Ethernet ataupun kabel listrik, hingga nirkabel seperti gelombang radio (WiFi, WiMax dll).

Salah satu upaya yang menarik adalah menanamkan konektivitas internet pada lampu LED. Dengan merekayasa 'kedipan' (flicker) pada lampu LED, ilmuwan telah menemukan cara untuk menghantarkan koneksi internet dari lampu itu.

Koneksi optik ini secara prinsip mirip koneksi via infra merah yang pernah jadi fitur 'wajib' ponsel di era 1990-an akhir. Antara pengirim dan penerima sinyal harus memiliki garis pandang langsung (line of sight) tak terhalang.

Seperti dikutip detikINET dari Slashgear, Selasa (2/8/2011), peneliti di Fraunhofer, Heinrich Hertz Institute, Berlin, Jerman, disebutkan telah berhasil mengembangkan Wireless LAN Optik dengan lampu LED putih yang kecepatannya mencapai 100 megabit per second (Mbps).

Jika LED yang digunakan bukan hanya warna putih, kecepatannya pun bisa lebih tinggi. Dengan menggabungkan lampu LED merah-hijau-biru-putih, kecepatannya bisa mencapai 800 Mbps.

Kegunaan dan Kelemahan Internet Lampu

Optical WLAN alias internet lampu ini bisa digunakan pada lingkungan yang penggunaan kabel atau gelombang radio bakal menyulitkan. Misalnya, di lingkungan rumah sakit atau dalam kabin pesawat terbang.

Keunggulan lain perangkat ini adalah, tak ada batasan perangkat yang bisa terhubung ke setiap unit pemancar. Setiap perangkat yang memiliki garis pandang tak terhalang diyakini bisa terhubung ke jaringan.

Kelemahannya, tentu saja, dioda yang berfungsi sebagai penerima / pengirim sinyal akan terpengaruhi oleh benda atau bayangan yang menghalangi garis pandang.

Untuk saat ini, jaringan internet berbasis lampu masih diskenariokan untuk koneksi tambahan, dan bukan sebagai pengganti Ethernet atau Wireless LAN yang ada.

Courtesy Of http://www.detikinet.com
Read more

Friday, August 5, 2011

Kisah Menakjubkan Tentang Sabar dan Syukur Kepada Allah

Bagi orang yang sering mengamati isnad hadits maka nama Abu Qilabah bukanlah satu nama yang asing karena sering sekali ia disebutkan dalam isnad-isnad hadits, terutama karena ia adalah seorang perawi yang meriwayatkan hadits dari sahabat Anas bin Malik yang merupakan salah seorang dari tujuh sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu nama Abu Qilabah sering berulang-ulang seiring dengan sering diulangnya nama Anas bin Malik. Ibnu Hibban dalam kitabnya Ats-Tsiqoot menyebutkan kisah yang ajaib dan menakjubkan tentangnya yang menunjukan akan kuatnya keimanannya kepada Allah.

Nama beliau adalah Abdullah bin Zaid Al-Jarmi salah seorang dari para ahli ibadah dan ahli zuhud yang berasal dari Al-Bashroh. Beliau meriwayatkan hadits dari sahabat Anas bin Malik dan sahabat Malik bin Al-Huwairits –radhiallahu 'anhuma- . Beliau wafat di negeri Syam pada tahun 104 Hijriah pada masa kekuasaan Yazid bin Abdilmalik.



Abdullah bin Muhammad berkata, "Aku keluar menuju tepi pantai dalam rangka untuk mengawasi (menjaga) kawasan pantai (dari kedatangan musuh)…tatkala aku tiba di tepi pantai tiba-tiba aku telah berada di sebuah dataran lapang di suatu tempat (di tepi pantai) dan di dataran tersebut terdapat sebuah kemah yang di dalamnya terdapat seseorang yang telah buntung kedua tangan dan kedua kakinya, dan pendengarannya telah lemah serta matanya telah rabun. Tidak satu anggota tubuhnyapun yang bermanfaat baginya kecuali lisannya, orang itu berkata, "Ya Allah, tunjukilah aku agar aku bisa memujiMu sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugrahkan kepadaku dan Engkau sungguh telah melebihkan aku diatas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan""

Abdullah bin Muhammad berkata, "Demi Allah aku akan mendatangi orang ini, dan aku akan bertanya kepadanya bagaimana ia bisa mengucapkan perkataan ini, apakah ia faham dan tahu dengan apa yang diucapkannya itu?, ataukah ucapannya itu merupakan ilham yang diberikan kepadanya??.

Maka akupun mendatanginya lalu aku mengucapkan salam kepadanya, lalu kukatakan kepadanya, "Aku mendengar engkau berkata "Ya Allah, tunjukilah aku agar aku bisa memujiMu sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugrahkan kepadaku dan Engkau sungguh telah melebihkan aku diatas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan", maka nikmat manakah yang telah Allah anugrahkan kepadamu sehingga engkau memuji Allah atas nikmat tersebut??, dan kelebihan apakah yang telah Allah anugrahkan kepadamu hingga engkau menysukurinya??"

Orang itu berkata, "Tidakkah engkau melihat apa yang telah dilakukan oleh Robku kepadaku?, demi Allah, seandainya Ia mengirim halilintar kepadaku hingga membakar tubuhku atau memerintahkan gunung-gunung untuk menindihku hingga menghancurkan tubuhku, atau memerintahkan laut untuk menenggelamkan aku, atau memerintahkan bumi untuk menelan tubuhku, maka tidaklah hal itu kecuali semakin membuat aku bersyukur kepadaNya karena Ia telah memberikan kenikmatan kepadaku berupa lidah (lisan)ku ini. Namun, wahai hamba Allah, engkau telah mendatangiku maka aku perlu bantuanmu, engkau telah melihat kondisiku. Aku tidak mampu untuk membantu diriku sendiri atau mencegah diriku dari gangguan, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku memiliki seorang putra yang selalu melayaniku, di saat tiba waktu sholat ia mewudhukan aku, jika aku lapar maka ia menyuapiku, jika aku haus maka ia memberikan aku minum, namun sudah tiga hari ini aku kehilangan dirinya maka tolonglah engkau mencari kabar tentangya –semoga Allah merahmati engkau-". Aku berkata, "Demi Allah tidaklah seseorang berjalan menunaikan keperluan seorang saudaranya yang ia memperoleh pahala yang sangat besar di sisi Allah, lantas pahalanya lebih besar dari seseorang yang berjalan untuk menunaikan keperluan dan kebutuhan orang yang seperti engkau". Maka akupun berjalan mencari putra orang tersebut hingga tidak jauh dari situ aku sampai di suatu gudukan pasir, tiba-tiba aku mendapati putra orang tersebut telah diterkam dan di makan oleh binatang buas, akupun mengucapkan inna lillah wa inna ilaihi roji'uun. Aku berkata, "Bagaimana aku mengabarkan hal ini kepada orang tersebut??". Dan tatkala aku tengah kembali menuju orang tersebut, maka terlintas di benakku kisah Nabi Ayyub ‘alaihissalam. Tatkala aku menemui orang tersbut maka akupun mengucapkan salam kepadanya lalu ia menjawab salamku dan berkata, "Bukankah engkau adalah orang yang tadi menemuiku?", aku berkata, "Benar". Ia berkata, "Bagaimana dengan permintaanku kepadamu untuk membantuku?". Akupun berkata kepadanya, "Engkau lebih mulia di sisi Allah ataukah Nabi Ayyub ‘alaihissalam?", ia berkata, "Tentu Nabi Ayyub ‘alaihissalam ", aku berkata, "Tahukah engkau cobaan yang telah diberikan Allah kepada Nabi Ayyub?, bukankah Allah telah mengujinya dengan hartanya, keluarganya, serta anaknya?", orang itu berkata, "Tentu aku tahu". Aku berkata, "Bagaimanakah sikap Nabi Ayyub dengan cobaan tersebut?", ia berkata, "Nabi Ayyub bersabar, bersyukur, dan memuji Allah". Aku berkata, "Tidak hanya itu, bahkan ia dijauhi oleh karib kerabatnya dan sahabat-sahabatnya", ia berkata, "Benar". Aku berkata, "Bagaimanakah sikapnya?", ia berkata, "Ia bersabar, bersyukur dan memuji Allah". Aku berkata, "Tidak hanya itu, Allah menjadikan ia menjadi bahan ejekan dan gunjingan orang-orang yang lewat di jalan, tahukah engkau akan hal itu?", ia berkata, "Iya", aku berkata, "Bagaimanakah sikap nabi Ayyub?", ia berkata, "Ia bersabar, bersyukur, dan memuji Allah, lagsung saja jelaskan maksudmu –semoga Allah merahmatimu-!!". Aku berkata, "Sesungguhnya putramu telah aku temukan di antara gundukan pasir dalam keadaan telah diterkam dan dimakan oleh binatang buas, semoga Allah melipatgandakan pahala bagimu dan menyabarkan engkau". Orang itu berkata, "Segala puji bagi Allah yang tidak menciptakan bagiku keturunan yang bermaksiat kepadaNya lalu Ia menyiksanya dengan api neraka", kemudian ia berkata, "Inna lillah wa inna ilaihi roji'uun", lalu ia menarik nafas yang panjang lalu meninggal dunia. Aku berkata, "Inna lillah wa inna ilaihi roji'uun", besar musibahku, orang seperti ini jika aku biarkan begitu saja maka akan dimakan oleh binatang buas, dan jika aku hanya duduk maka aku tidak bisa melakukan apa-apa[1]. Lalu akupun menyelimutinya dengan kain yang ada di tubuhnya dan aku duduk di dekat kepalanya sambil menangis. Tiba-tiba datang kepadaku empat orang dan berkata kepadaku "Wahai Abdullah, ada apa denganmu?, apa yang telah terjadi?". Maka akupun menceritakan kepada mereka apa yang telah aku alami. Lalu mereka berkata, "Bukalah wajah orang itu, siapa tahu kami mengenalnya!", maka akupun membuka wajahnya, lalu merekapun bersungkur mencium keningnya, mencium kedua tangannya, lalu mereka berkata, "Demi Allah, matanya selalu tunduk dari melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah, demi Allah tubuhnya selalu sujud tatkala orang-orang dalam keadaan tidur!!". Aku bertanya kepada mereka, "Siapakah orang ini –semoga Allah merahmati kalian-?", mereka berkata, Abu Qilabah Al-Jarmi sahabat Ibnu 'Abbas, ia sangat cinta kepada Allah dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu kamipun memandikannya dan mengafaninya dengan pakaian yang kami pakai, lalu kami menyolatinya dan menguburkannya, lalu merekapun berpaling dan akupun pergi menuju pos penjagaanku di kawasan perbatasan. Tatkala tiba malam hari akupun tidur dan aku melihat di dalam mimpi ia berada di taman surga dalam keadaan memakai dua lembar kain dari kain surga sambil membaca firman Allah

}سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ{ (الرعد:24)

"Keselamatan bagi kalian (dengan masuk ke dalam surga) karena kesabaran kalian, maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu." (QS. 13:24)

Lalu aku berkata kepadanya, "Bukankah engkau adalah orang yang aku temui?", ia berkata, "Benar", aku berkata, "Bagaimana engkau bisa memperoleh ini semua", ia berkata, "Sesungguhnya Allah menyediakan derajat-derajat kemuliaan yang tinggi yang tidak bisa diperoleh kecuali dengan sikap sabar tatkala ditimpa dengan bencana, dan rasa syukur tatkala dalam keadaan lapang dan tentram bersama dengan rasa takut kepada Allah baik dalam keadaan bersendirian maupun dalam kaeadaan di depan khalayak ramai"

Penulis: Firanda Andirja

Artikel www.firanda.com

[1] Hal ini karena biasanya daerah perbatasan jauh dari keramaian manusia, dan kemungkinan Abdullah tidak membawa peralatan untuk menguburkan orang tersebut, sehingga jika ia hendak pergi mencari alat untuk menguburkan orang tersebut maka bisa saja datang binatang buas memakannya, Wallahu a'lam
Read more

Wednesday, August 3, 2011

Cinta Itu Pengorbanan

Semakin besar luka dan perih dihati maka semakin besar pula pengorbanan yang dibutuhkan. Cinta selalu membutuhkan pengorbanan untuk menerima, memaafkan dan mengembalikan pada posisi semula, menerima orang yang gagal seperti tidak pernah gagal sebelumnya. Cerita itu berawal dari seorang ibu yang menerima telpon dari seorang perempuan dengan mengatakan bahwa dirinya tidak lagi berhak atas suaminya. Setelah merebut suaminya bahkan menteror dan menghancurkan hatinya. Kehancuran hatinya justru bertekad untuk mempertahankan rumah tangga, suami dan anak-anaknya. Sebagai seorang ibu dan istri seolah mendapatkan kekuatan yang begitu besar untuk tetap menjaga dan merawat anak-anaknya. Meski hatinya pilu dan tercabik-cabik, ia tak ingin orang tuanya tahu apa yang sedang terjadi di dalam rumah tangganya. Ditengah kesibukan mencari nafkah dengan bekerja keras demi keberlangsungan hidup, ditengah kesendirian dan perjuangan membesar anak-anaknya tidak membuat dirinya menjauh dari Allah malah semakin mendekat diri kepada Allah memohon agar mendapatkan kekuatan, kesabaran dan pertolonganNya.

Keyakinan akan kekuatan doa itulah yang menyebabkan dirinya berkenan untuk hadir ke Rumah Amalia. Tekadnya untuk mempertahankan rumah tangga, suami dan anak-anaknya merupakan impian indah yang sangat menjadi harapan, dengan sedikit menyisihkan rizkinya untuk bershodaqoh berharap untuk mengharap keridhaan Allah agar menjaga keutuhan rumah tangganya. Perih luka dan pilu dihatinya tidak lagi bisa ditutupinya. Air matanya yang bening mengalir. Anak-anaknya berlarian tak mengerti kegalauan hatinya. Hatinya telah berserah sepenuhnya kepada Allah, apapun yang telah menjadi ketetapan Allah, dirinya menerima dengan penuh syukur. 'Apapun yang Allah telah tetapkan pada kami, ujian, cobaan adalah wujud kasih sayang Allah kepada kami.' tutur beliau. 'Saya bersyukur dengan ujian dan cobaan ini membuat saya dan anak-anak semakin mendekatkan diri kepada Allah.' lanjutnya.

Sampai pada suatu hari, ditengah kesibukannya menyelesaikan tugas kantornya tiba-tiba ada satu peristiwa yang tidak pernah diduganya sama sekali, dering hapenya berbunyi. Terdengar suara yang membuatnya terkejut tak percaya. 'Mah, maafin aku ya..aku khilaf, sudah menyakiti hatimu.' Langsung saja mematikan hapenya. Bagai tersambar petir disiang bolong, hati dan pikirannya kacau, suara itu adalah suara suaminya yang sudah setahun telah meninggalkan dirinya dan anak-anaknya. Beberapa menit kemudian hapenya berdering kembali, mengenali betul bahwa itu adalah nomor yang sama, sampai dering bunyi hapenya mati dengan sendirinya. Air matanya mengalir. Hatinya dikuatkan ketika hapenya berbunyi kembali, dengan bercampur baur semua perasaan ditumpahkan. 'Sebenarnya ayah mau apa? Setahun sudah ayah terlantarkan istri dan anak-anakmu? Minta maafmu tidak bisa menghilangkan rasa perih dihatiku dan derita anak-anakmu? Kamu kejam Mas, Kejam!' Suara itu terdengar penuh dengan isak dan tangis. Terdengar suara parau laki-laki menjawab. 'Mama, aku memang salah. aku bertaubat mah. Aku menyesal. Beri kesempatan untuk memperbaiki kesalahan menjadi ayah dan suami yang baik.' Dihatinya perih terluka, tidak ada sedikitpun tersimpan kebencian pada laki-laki yang telah menjadi suami dan ayah bagi anak-anak sekalipun telah disakiti hatinya. Lama terdiam, akhirnya dia menjawab, 'Mas, pulanglah..aku dan anak-anak merindukanmu.'

Malam itu juga suaminya pulang ke rumah. melihat ayahnya yang berpeluh air mata. Ketiga anak-anaknya segera mendekat dan tanpa disuruh mereka berpelukan dengan ayahnya, menangis sejadi-jadinya. Ayahnya meminta kepada anak-anak dan istrinya agar memaafkan dirinya. Dirinya berjanji akan lebih menyayangi keluarga dan tidak akan pergi meninggalkan rumah lagi. Pernyataan sang ayah begitu sangat tulus disambut dengan ledakan tangis ketiga anak-anaknya dan isak tangis istrinya. Malam pun berlalu dengan rentetan permintaan maaf dan peluk cium, yang saling mengasihi dan penuh kasih sayang. Begitu indahnya, mereka tentang keluarga bahagia karena cinta selalu membutuhkan pengorbanan.

'Ujian yang menimpa seseorang pada keluarga, harta, jiwa, anak dan tetangganya bisa dihilangkan dengan puasa, sholat, sedekah dan amar ma'ruf nahi mungkar.' (HR. Bukhari & Muslim).


Wassalam,
M. Agus Syafii
Read more

Wujud Kasih Sayang Seorang Suami

Ketulusan cinta dan kasih sayang akan terlahir dari sikap yang penuh keikhlasan dan hanya berharap keridhaan Allah yang mampu mengarungi samudra kehidupan yang tak bertepi, berbagai terpaan badai dan gelombang mampu dilewatinya, itulah yang mewujudkan kasih sayang seorang suami. Beliau adalah seorang suami bersama istri dan anak-anaknya. Pada suatu hari keluarganya mendapatkan ujian, istrinya tubuhnya meriang, panas tinggi bahkan disentuh saja, ia menjerit. Saat itu juga segera dilarikan ke dokter dan dokter tahu apa yang dideritanya. penyakit yang diderita tidak mengenal watu dan tempat, bisa menyerang kapan saja. Bila penyakitnya muncul, semua persendian akan mengalami peradangan yang luar biasa sakitnya.

Peradangan ini menimbulkan memar dan panas. Sebagai seorang suami, dirinya berusaha untuk tegar, ditahan air matanya agar sang istri kuat menghadapi sakit yang dirasakan. Dengan penuh kasih sayang ia merawat istrinya, mengangkat badan perlahan-lahan, meletakkan dengan pelan saat memandikan, memakaikan bajunya. Bersama anak-anak, mereka melayani sang ibunda tercinta dengan baik. Ditengah rasa pilu dihati, sebagai suami berusaha untuk tersenyum ketika wajah istrinya tengah menahan sakit. 'Alhamdulillah, Saya beruntung mendapatkan suami seperti ayah. Sabar dan ikhlas. Insya Allah, saya segera sembuh.' Tutur sang istri, wajahnya begitu terlihat tenang dan tidak sedikitpun mengeluhkan rasa sakit yang menderanya.

Tentu saja ucapan sang istri membuat hatinya terasa perih, ia teringat bagaimana dulu ketika mereka bertemu dan kemudian memutuskan untuk menikah, diawal pernikahannya pahit getir kehidupan berumah tangga mampu dilewati bersama sampai kemudian anak-anaknya terlahir dan mengasuhnya hingga dewasa, tanpa terasa air matanya menetes, rasa takut kehilangan tiba-tiba muncul menghinggapi dirinya, mampu ditepisnya dengan berserah diri kepada Allah. Ditengah kecemasan itulah beliau datang ke Rumah Amalia untuk bershodaqoh ke Rumah Amalia agar Allah berkenan memberikan kesembuhan bagi istri yang dicintainya.

Beberapa hari kemudian, dokter memberitahukan kepada beliau bahwa istrinya memiliki harapan untuk sembuh dan kondisinya telah membaik. Bahkan diperkenankan oleh dokter untuk pulang ketika istrinya dinyatakan dalam keadaan sehat walfiat. Dirinya bersama anak-anaknya merasakan kebahagiaan, dengan penuh rasa syukur kepada Allah atas kesembuhan dan kasih sayang yang diberikan Allah bagi keluarganya. 'Terima kasih Ya Allah, atas limpahan kasih sayangMu untuk kami,' tuturnya dengan penuh linangan air mata, itulah wujud kasih sayang seorang suami.


Wassalam,
M. Agus Syafii
Read more

Tuesday, August 2, 2011

Hidup akan terasa Adil

"Ketika kamu merasa hidup itu tak adil, ingatlah masih banyak orang yg hidupnya jauh lebih buruk darimu."

sebuah kata yang sangat indah bila kita semua memahaminya.

Kisah pertama.
Selesai sholat terawih selasa malam kmren, waktu itu saya lagi nongkrong di warung.
Ada orang jualan gorengan(kue yang digoreng) yang biasanya memang menitipkan dagangannya di warung tersebut. Orang tersebut komplain dan berkoar-koar kepada penjaga warung dan pelanggan yg sedang minum disana, karena ada orang lain yg menjual gorengan yang sama. penjaga toko pun tidak tahu karena biasa kalau big bosnya yang jaga selalu menolak.

Allah.. ternyata untuk urusan bisnis kadang-kadang bisa menjatuhkan lawannya dengan berkoar-koar kpd pelanggan yg sedang nongkrong disana.
Semoga ini menjadikan sebagai pembelajaran hidup bagaimana susahnya kehidupan.

Kisah kedua
setelah pedagang gorengan itu pergi ada orang membersihkan warung tersebut. terdengar lagi ada tetangga yang bercerita tentang kisah pembersih wrg itu.

orgnya sangat giat sekali saat membersihkan, tanganpun tak peduli kotor. lalu ada wanita muda lewat. wanita muda itu ternyata anaknya sendiri. Lalu tetangga itu bercerita bahwa wanita muda itu tidak mau mengakui bapaknya sendiri karena adanya cacat otak yg ada di org tersebut.

Subhanallah..
Sungguh hina kehidupan ini di mata Allah.

Bersyukur untuk semuanya, karena dalam kehidupan kita terkadang kita kurang bersyukur kepadaNya dan selalu mengeluh apa yang kita terima.

Rizky Rediandika Cici
Read more

Monday, August 1, 2011

Kisah Pohon Apel dan Si Anak Kecil

Si Pohon Apel Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. “Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu. “Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu. “Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.” Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu. ” Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. “Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel. “Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?” “Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. “Ayo bermain-main lagi deganku,” kata pohon apel. “Aku sedih,” kata anak lelaki itu. “Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?” “Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah .” Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu,” jawab anak lelaki itu. “Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel. “Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu. “Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. “Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki. “Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu. ” “Oooh, bagus sekali.. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.”Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua… Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia.

By Arief Rahman
Read more
 

Rizky Cici Design by timeline © 2010